Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Stacia Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) melalui gerakan Tabur Mangrove Kelompok Stacia Hijau, telah menananam 15 ribu mangrove di Muara Cisadane. Kegiatan itu dalam rangka memperbaiki kerusakan akibat pembakaran liar yang volume sampahnya hanyut di Sungai Cisadane.
Bela Kirali, Ketua kelompok Stacia Hijau mengatakan bahwa saat ini kondisi hutan mangrove di muara sungai Cisadane Tangerang mulai rusak parah.
“Jika kerusakan itu dibiarkan, kelangsungan hidup keanekaragamanan hayati dan ekonomi warga di sekitar muara Cisadane akan terancam. Padahal hutan mangrove berfungsi melindungi pantai dari erosi dan abrasi, mencegah intrusi air laut, melindungi pemukiman penduduk dari badai dan menjaga daratan,” jelas Bela saat menerima kunjungan pengurus SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia di dermaga konservasi mangrove Stacia di desa Tanjung Burung, Kecamatan Teluk Naga, Tangerang pada Ahad (27/8)
Untuk menanam mangrove butuh pengetahuan khusus, dan kerja keras selama bertahun-tahun karena juga harus menyiapkan program pendukungnya.
“Hal itulah yang menjadi dasar kami membentuk Pusat Pelatihan Mangrove Muhammadiyah,” kata Bela.
Lebih lanjut Bela menyampaikan bahwa Edukasi di pusat pelatihan meliputi teori, teknis pembibitan, praktek penanaman, budidaya, hingga memahami fungsi ekonomis dan ekologis tanaman mangrove.
Sementara Ketua Umum SAR Mapala Muhamamdiyah Indonesia, Slamet Widodo menyatakan apresiasi yang setinggi-tingginya terhadap program tersebut.
“Melalui kegiatan ini, Muhammadiyah memiliki peran dalam bidang keselamatan dan penyelamatan yaitu dengan menyelenggarakan pelatihan SAR air untuk peserta pelatihan mangrove dan warga desa Tanjung Burung,” ungkap Slamet.
Menurut Slamet, SAR Mapala Muhammadiyah sebagai organisasi nasional di bawah Majelis Diktilitbang senantiasa proaktif mendukung kegiatan Mapala yang merupakan implementasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni pengabdian pada masyarakat.
“Yang dilakukan Mapala Stacia UMJ adalah solusi terhadap masalah lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi warga pesisir. Semua masalah itu adalah persoalan kita bersama. Stacia telah bergerak mengatasinya, sekarang giliran kita membantunya. Sekecil apapun dukungan itu, pasti berdampak besar bagi pemberdayaan masyarakat pinggiran, kelestarian keanekaragamanan hayati, dan kelangsungan hidup kita semua,” pungkas Slamet. (moi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar