Senin, 31 Juli 2017

Pendekar Tapak Suci dari Aljazair dan Mesir Ikut Gladi Manggala di Yogyakarta



Dalam rangka Tanwir dan Milad Tapak Suci Putera Muhammadiyah yang ke 54, Pimpinan Pusat Tapak Suci menggelar Gladi Manggala di Alun-Alun Utara Kota Yogyakarta pada Ahad (30/7) sore. Kegiatan tersebut diikuti  4.000 pendekar Tapak Suci dari seluruh Indonesia dan perwakilan dari negara Aljazair dan Mesir.
Szighfan Lakhfan salah satu pendekar dari Aljazair mengatakan bahwa keikutsertaanya dalam Gladi Manggala ini karena Ia memiliki ketertarikan yang begitu besar dalam seni belada diri, khususnya Tapak Suci.
“Tapak Suci di Aljazair sudah berdiri sejak tiga tahun yang lalu, dan saya memiliki ketertarikan yang begitu besar terhadap seni bela diri ini,” ujar Szighfan disela-sela latihan gabungan Tapak Suci.
Ia sengaja datang ke Indonesia selain untuk mengikuti acara Gladi Manggala juga untuk mengenal lebih jauh sejarah dan perkembangan Tapak Suci di Indonesia, khususnya di Yogyakarta.
Tapak Suci Putera Muhammadiyah merupakan sebuah perguruan seni beladiri yang berasas Islam, bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah, berjiwa persaudaraan, berada di bawah naungan Persyarikatan Muhammadiyah, berstatus sebagai organisasi otonom.
Tapak Suci didirikan di Yogyakarta pada tanggal 31 Juli 1963. Pimpinan Pusat Tapak Suci tersebar diberbagai wilayah dan daerah di Indonesia serta perwakilan di Luar Negeri. (bpp/moi)

PBB MENOLAK DANA HAJI DIGUNAKAN PEMERINTAH BIAYAI INFRASTRUKTUR





Jakarata, 28 Juli 2017. Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra mengatakan partainya menolak keputusan Pemerintah untuk menggunakan dana haji, termasuk dana abadi umat yag terhimpun di dalamnya digunakan Penerintah untuk membiayai infrastruktur.
Dana haji yang kini disimpan oleh Pemerintah seluruhnya adalah dana umat Islam, baik berasal dari kelebihan penyelenggaraan haji maupun dana simpanan/cicilan ONH yang dibayarkan oleh calon haji. Dana yang kini jumlahnya melebihi 80 trilyun itu seyogianya, di samping untuk membiayai perjalanan haji, tetapi dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan umat Islam seperti membangun rumah sakit dan sarana kesehatan.
Pemetintah Jokowi menurut Ketua Umum PBB itu kini memang tengah kesulitan menghimpun dana untuk pembangunan infrastruktur yang jor-joran. Sementara utang kian menggunung dan defisit APBN sudah mendekati ambang batas 3% yang ditetapkan undang-undang. Pemerintah makin sulit mencari pinjaman baru, sehingga dana haji umat Islam mau digunakan.
Penggunaan dana haji selama ini dilakukan antara lain untuk membeli sukuk dan surat utang negara, yang kesemuanya tentunya adalah utang negara. Pemerintah harus secara jelas menerangkan, dalam bentuk apa penghunaan dana haji, karena semuanya harus dibukukan sebagai utang negara kepada umat Islam yang harus dibayar dan diperhitungkan kompensasinya.
Pemerintah seharusnya bicara dengan DPR, MUI dan ormas-ormas Islam sebelum memutuskan untuk menggunakan dana haji untuk pembangunan infrastruktur. Sebagai partai berasas Islam, PBB tegas menolak penggunaan dana tersebut secara sepihak, apalagi tanpa perhitungan dan kompensasi yang jelas kepada umat Islam yang memiliki dana tersebut.
Saya juga mengkritik Anggito Abimayu, yang seperti sudah kehilangan daya kritis, sehinga mengatakan siap untuk melaksanakan 80 persen dana haji yang jumlahnya sekitar 80 milyar untuk dana infrastruktur. Angka sebesar itu, yang pemiliknya adalah umat Islam, tidak bisa seenaknya diinstruksikan Presiden Jokowi untuk digunakan.
Jakarta, 28 Juli 2017

Minggu, 30 Juli 2017

Ombudsman RI : Informasi Tentang Penggerebekan Beras PT IBU Keliru




Komisoner Ombudsman RI, Alamsyah Saragih menganggap keliru Informasi terkait 'penggerebekan' yang dilakukan kepolisian bersama Kementerian Perdagangan terhadap PT PT Indo Beras Unggul (IBU). 
Menurut Alamsyah, tidak hanya informasi yang disampaikan kepada publik, aparat hukum sendiri mendapat informasi yang tidak akurat, bahkan menyesatkan.
"Siapa sih yang bisiki Pak Tito (Kapolri Jenderal Tito Karnavian) sampai Rp 400 triliun? siapa sih yang bilang Rp 10 triliun satu gudang? asumsinya berbeda. Jadi persepsi publik seolah-olah di gudang itu sampai Rp 10 triliun. Ini kan bahaya," kata Alamsyah Saragih saat diskusi bertajuk 'Republik Beras' di Cikini, Jakarta, Sabtu (29/7/2017).
Alamsyah lalu menyindir alur distribusi informasi tersebut. Alamsyah mensinyalir 'penggerebekan' tersebut dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk mendulang keuntungan.
"Kalau kita mau lakukan pencitraan pilihlah medan yang pas untuk pencitraan saat kampanye. Jangan orang sedang menyelidiki dengan baik, ditunggangi untuk pencitraan," kata Alamsyah Saragih.
Alamsyah, usai bertemu dengan Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komisaris Jenderal Ari Dono pada kesempatan sebelumnya, mengatakan telah mendapat informasi itu bukan penggerebekan.
Ternyata, istilah penggerebekan tersebut adalah istilah yang digunakan media.
"Dia bilang bukan loh Pak. Ini kan istilah di media. Itu kan proses sederhana. Bareskrim itu dalam konteks pangan sedang penyelidikan untuk berkaitan dengan perbaikan tata niaga juga. Bukan di PT IBU (saja) ada di beberapa lokasi lain, kebetulan salah satu PT IBU," kata Alamsyah.
Sebelumnya, Polri dan Kementerian Pertanian melakukan operasi terhadap gudang beras milik PT Indo Beras Unggul (IBU). Perusahaan itu digerebek karena diduga memanipulasi harga beras subsidi menjadi harga beras premium.
Dari penggerebekan itu, petugas menemukan barang bukti gabah kering dan beras kemasan siap edar berjumlah 1.162 ton yang berlokasi di Jalan Rengas KM 60 Kecamatan Kedung, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Selain beras, 15 orang telah diamankan Polri.
PT IBU dituding menjual beras jenis IR64 dengan label Cap Ayam Jago dan Maknyuss dengan harga Rp 13.700/kg dan Rp. 20.400/kg. (bpp/tnc)

Catatan pulang kampung-3 tentang Hikmah Ramadhan dan Idul Fitri





Oleh: Imam Shamsi Ali*
Hari ketiga di Makassar saya dijadwalkan menjadi pembicara halal bihalal di rektorat UIN (Universitas Islam Negeri) Makassar. Sebuah kehormatan karena undangan itu langsung datang dari rektor UIN sendiri. Sebelumnya saya telah beberapa kali menyampaikan kuliah umum (public lecture) di tempat ini. Acara ini dihadiri oleh para wakil rektor, para dekan dan guru/guru besar, serta petinggi dan mahasiswa pasca sarjana UIN.
Dalam ceramah saya karena masih dalam suasana halal bihalal itu saya menyampaikan banyak hal. Tapi sebagaimana harapan banyak masyarakat di setiap kesempatan kepulangan saya, juga saya sisipkan cerita perkembangan dakwah dan Islam di Amerika. Biasanya harapan jamaah kepada saya lebih besar untuk mengetahui perkembangan Islam di Amerika ketimbang ceramah-ceramah dengan tema Islam lainnya.
Di antara hal-hal penting yang saya sampaikan adalah sebagai berikut:
Pertama, kembali mengingatkan bahwa saat ini ada kecenderungan sebagian umat untuk cepat menghakimi orang lain, bahkan sesama Muslim, di saat terjadi perbedaan pendapat. Satu di antara contoh kecil adalah ucapan selamat "minal aidin wal faizin" yang justeru oleh sebagian sebagai ungkapan bid'ah karena nabi tidak pernah mengungkapkannya.
Padahal sungguh banyak hal yang terkait dengan ibadah ritual sekalipun yang nabi tidak lakukan secara literal, tapi secara substantif nabi justeru melakukan dan menganjurkan umatnya untuk melakukannya. Dan hal itu terkadang diterjemahkan dalam bentuk kultur dan tradisi setempat. Sungkeman kepada orang tua dalam tradisi Jawa sejatinya adalah aktualisasi dari ayat "wakhfidh lahumaa janaahaz dzulli minar rahmah" (rendahkan sayap kerendahan hati ke hadapan keduanya dalam kasih sayang).
Maka ucapan Idul Fitri, selama itu memiliki makna yang positif, doa dan harapan, lalu kenapa harus dibid'ahkan? Minal aidin wal faizin adalah doa dan harapan agar bulan Ramadan lalu itu telah membawa kita kembali ke fitrah dan dengannya membawa kita kepada kemenangan dunia-akhirat.
Kedua, saya kemudian mengingatkan empat hal yang Allah ingatkan di akhir ayat 185 Surah Al-Baqarah: "Dan sempurnakan bilangan, dan besarkan Asma Allah atas petunjukNya kepadamu. Dan mudah-mudahan kamu menjadi orang-orang yang bersyukur.
Ayat ini saya elaborasi dengan pemahaman yang mungkin saja bagi sebagian baru, bahkan asing. Sebab saya sangat yakin, dalam memahami Al-Quran diperlukan inovasi-inovasi intelektual, berdasarkan kepada konteks "zamaan dan makaan" (masa dan tempat) terkait. Oleh karenanya spirit Al-Quran yang sesuai dengan segala waktu dan tempat itu lebih dapat dipertanggung jawabkan.
Pesan pertama ayat 185 itu adalah "walitukmikul iddah" (sempurnakan bilangan). Tentu secara fiqh kita memahami bahwa maksud ayat ini agar kita menyempurnakan bilangan Ramadan dalam puasa. Yaitu 29 hari atau 30 hari tergantung keputusan awal dan akhir dari puasa Ramadan yang kita lakukan.
Saya justeru memahami ayat ini lebih dari sekedar pemahaman fiqh. Melainkan pemahaman filosofis sosial, meyangkut realita dari hakikat puasa, bahkan Islam yang kita anut. Saya memahami bahwa kata "sempurnakan bilangan" di sini adalah peringatan untuk kita jangan "setengah-setengah" dalam melakukan ibadah. Setengah-setengah dalam melakukan ibadah itu adalah misalnya berpuasa tapi sekedar menahan makan minum. Puasa setengah-setengah seperti inilah yang diancam kesia-siaan oleh Rasulullah SAW: "Boleh jadi ada orang yang berpuasa tapi yang didapatkan dari puasanya tidak lebih dari lapar dan dahaga semata" (hadits).
Lebih dari itu bahkan saya memahami ayat ini sebagai pengingat agar umat ini berislam secara sempurnah, tidak setengah-setengah. Bukankah memang kita diingatkan: "wahai orang-orang yang beriman masuklah kamu ke dalam Islam secara kaafah (sempurna)". Beragama dan memahami agama setengah-setengah (parsial) inilah yang kerap kali menjadi penyebab tumbuhnya sikap merasa paling tahu alias kesombongan dalam beragama. Akibatnya terjadilah sikap ekstrim atau radikal dalam beragama.
Pesan kedua akhir ayat 185 Al-Baqarah adalah: "Wa litukabbiru Allah (besarkan nama Allah)". Pesan ini menjadi sangat krusial ketika dunia semakin hanyut dalam pelukan materialisme. Ketika Tuhan tidak lagi memiliki kebesaran dalam jiwa-jiwa manusia. Akibatnya manusia kehilangan pegangan hidupnya. Manusia akan terbawa arus gelombang dunianya. Moralitas tidak lagi menjadi penting, dan manusia cenderung berprilaku sesuka hati.
Di sinilah puasa menjadi pembuka kehadiran kembali "kebesaran Ilahi". Umat Islam menahan makan dan minum, serta kesenangan dunia lainnya sebagai simbolisasi pengecilan hawa nafsu demi membesarkan "Allah" dalam hidupnya. Oleh karenanya perintah "membesarkan Allah" dengan petunjukaNya menjadi hasil utama dan terutama puasa. Dan itu pula yang diekspresikan oleh Al-Quran dengan: "la'allakum tattaqun (mudah-mudahan kamu bertakw)".
Pesan terakhir dari akhir 185 Al-Baqarah adalah: "la'allakum tasykurun" (mudah-mudahan kamu bersyukur). Pesan ini begitu sangat relevan karena kunci dari segala pengabdian kita adalah "syukur". Bahwa kita sholat, puasa, haji, dan seterusnya semuanya dibangun di atas kesadaran syukur itu.
Diriwayatkan bahwa suatu ketika isteri Rasulullah SAW Aisyah terkagum-kagum dengan kehebatan ibadah Rasulullah dan kehebatan beliau dalam menahan hawa nafsunya. Maka sang isteri bertanya: "kenapa engkau harus melakukan semua ini yang Rasulullah? Bukankah engkau telah dijaga dari segala dosa bahkan dijamin masuk syurgaNya? ". Mendengar itu Rasulullah SAW menjawab dengan jawaban yang singkat: "tidakkah seharusnya saya menjadi hamba yang bersyukur?".
Segala ibadah dan pengabdian yang kita lakukan dalam hidup jika dibangun di atas dasar kesyukuran dengan sendirinya akan menjadi enteng dan manis dalam melakukannya. "Halawatul ibadah" bahkan "halawatul
Iman" akan terasa jika semua itu dilakukan karena syukur. Bukan sekedar deretan atau tumpukan kewajiban yang dianggap membebani.
Ceramah halal bihalal yang saya sampaikan di UIN ini mendapat penerimaan yang baik. Walaupun ada juga yang memahaminya secara simplistik dan literal. Segingga penafsiran terhadap ayat Al-Quran yang saya sampaikan dianggap keliru. Terlebih lagi ketika saya dengan terbuka menyampaikan bahwa dialog dalam dunia global saat ini menjadi tuntutan zaman, termasuk dengan sebuah segemen masyarakat yang telah difonis sebagai musuh abadi, Yahudi. Salah seorang hadirin mempertanyakan: "apa kebaikannya membangun komunikasi dan dialog dengan Yahudi?".
Pertanyaan ini sekaligus secara tersembunyi (implisit) menyampaikan bahwa di kalangan sebagian umat ini memang seolah menjadi keputusan jika Yahudi adalah musuh abadi. Padahal Islam datang membawa rahmah bagi seluruh alam. Jangankan manusia. Hewan saja diharapkan dilihat dengan pandangan "rahmah" tadi.
Pertanyaan beliau saya jawab dengan sebuah pertanyaan pula: "pernahkah anda bertemu orang Yahudi?". Jika tidak lalu apa justifikasi yang anda pakai dalam mengambil kesimpulan itu.
Akupun sadar bahw sikap penghakiman seperti ini ternyata menjadi bagian dari penyakit kronis umat. Jangankan orang lain. Sesama Muslim saja dengan mudah menghakimi siapa yang hebat dalam iman dan siapa yang lemah iman, bahkan siapa yang ahli syurga dan siapa pula yang ahli neraka. Wal'iyadzu billah!
New York, 20 Juli 2017
* Presiden Nusantara Foundation

UMAT ISLAM MERASA DIPINGGIRKAN TAPI UANGNYA DIPAKAI PEMERINTAH UNTUK BANGUN INFRASTRUKTUR




Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra menyesalkan sikap Anggito Abimayu yang menyatakan siap untuk melaksanakan instruksi Presiden Jokowi untuk menggunakan dana haji untuk membiayai pembangunan infrastruktur.
Anggito yang kini menjadi anggota Badan Pengelola Keuangan Haji seperti menanggung beban masa lalu untuk bisa berkata lain, selain daripada "siap" melaksanakan intruksi Presiden. Dana haji yang terdiri atas setoran calon jemaah dan dana abadi umat itu yang sekarang berjumlah 95 trilyun lebih dan akan meningkat menjadi 100 trilyun awal tahun depan, diinstruksikan Presiden Jokowi agar 80 trilyunnya digunakan membiayai pembangunan infrastruktur.
Walaupun Jokowi menyebutkan dana tersebut akan digunakan untuk membiayai proyek-proyek yang kecil risikonya, namun semua itu tetaplah harus dianggap sebagai pinjaman Pemerintah kepada umat Islam.
Jika sebegitu besar dana yang digunakan membiayai infrastruktur, risiko bisa saja terjadi, sehingga bisa saja Pemerintah suatu ketika gagal memberangkatkan jemaah haji. Padahal umat Islam ada yang telah menjual tanah, sawah dan ladang untuk membiayai perjalanan haji mereka.
Umat Islam Indonesia sendiri merasa terpinggirkan di negerinya sendiri, dengan banyaknya tekanan kepada ormas2 Islam, para ulama, habaib dan muballigh. Dalam situasi seperti itu, kuranglah bijak jika Pemerintah justru menggunakan dana milik umat Islam untuk membiayai proyek infrastruktur.
Dana itu sebagian dapat dijadikan modal mendirikan Bank Haji untuk membantu kegiatan usaha umat Islam, membangun rumah sakit dan sekolah2. Dengan demikian, umat Islam akan menjadi kuat dan sejahtera.
Pemerintah kini sedang dililit utang dalam dan luar negeri, sehingga sulit mencari pinjaman, termasuk untuk menutup defisit APBN yang kini telah mendekati maksimum 3% seperti diatur dalam undang2. Ini beda dengan pernyataan Presiden Jokowi di awal masa jabatannya yang mengimingi rakyat dengan kata2 "Jangan kuatir, uang kita masih banyak".
Dana milik negara tidaklah sebanyak yang diduga Presiden. Sekarang Pemerintah mencabut macam2 subsidi, menaikkan pajak, sementara angka pertumbuhan ekonomi menurun dan jumlah kemiskinan serta pengangguran makin bertambah pula.
Jakarta, 28 Juli 2017

Sabtu, 29 Juli 2017

Teror ke Penyidik KPK tak Hanya Kepada Novel Baswedan




Teror bukan hal asing bagi penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. Sebelum kasus penyiraman air keras ke wajahnya 11 April lalu, rentetan teror telah dirasakan oleh Novel. Teror juga tidak hanya untuknya, tetapi juga untuk penyidik KPK lainnya,
 
Novel sadar betul risiko tersebut. Menurutnya, ada banyak teror yang diterimanya selama menjadi penyidik KPK.
 
"Teror-teror ini bukan pertama kali terjadi. Sudah banyak teror serupa yang tidak terpublikasi dengan baik," kata Novel dalam program Mata Najwa di Metro TV, Rabu 26 Juli 2017.
 
Ia menceritakan, ada beberapa teror yang dilakukan oleh orang yang sama sejak lalu. Ia meyakini pelaku teror itu merupakan oknum kepolisian.
 
Novel mengakui telah mengantongi bukti-bukti teror yang ditujukan kepadanya ataupun penyidik KPK lainnya. Jenis teror pun beragam, umumnya teror melalui telepon.

Dalam kesempatan itu, Novel sempat menunjukan secarik kertas kepada Najwa Shihab. Kertas tersebut, kata Novel, berisi daftar nama penyidik KPK beserta biodata, nomor telepon, alamat rumah, hingga rute pulang dan pergi ke tempat kerja.
 
"Dan kertas ini diberikan kepada eksekutor untuk dilakukan eksekusi. Itu berbahaya sekali," tuturnya.
 
Kerabat Anies Baswedan ini menilai hal tersebut sebagai salah satu upaya teror. Setiap penyidik KPK bisa kapan saja dihabisi.
 
Novel sangsi jika harus menyerahkan kertas tersebut ke penyidik kepolisian untuk mengusut kasus yang menimpanya. Ia berniat menyerahkan daftar nama itu jika dibentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF).
 
"Saya akan berikan fakta-fakta yang seperti ini (Kalau TGPF dibentuk). Tapi, kalau disampaikan ke penyidik kepolisian, mengungkap teror saya aja tidak berani, apalagi yang begini," tuturnya.
 
Novel mengatakan, jika pemerintah serius mengungkap kasus penyerangannya, lebih baik dibentuk TGPF untuk mengungkap fakta-fakta. Itupun dengan catatan, pemerintah menganggap penting kasus ini.
 
Pemerintah, kata Novel, harus mengambil sikap tegas terkait teror-teror yang ditujukan kepada dirinya dan penyidik KPK lainnya. "Bayangkan, seorang aparatur yang bekerja untuk negara dan kemudian diteror, diserang, dipermalukan, dan kemudian negara membiarkan. itu suatu hal yang luar biasa," ujar Novel. (bpp/mtnc)

Jumat, 28 Juli 2017

Menkes Nila: Jamaah Haji Jangan Selfi dengan Unta




Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek mengimbau kepada jemaah haji asal Indonesia agar tidak berfoto bersama hewan unta saat berada di Arab Saudi. Bahkan, Nila pun meminta jemaah haji menjauhi hewan-hewan lain yang ada di sana.

Nila mengutarakan hal tersebut saat memberi sambutan di acara pelepasan jemaah haji kloter pertama di Asrama Haji, Jakarta Timur, Jumat (28/7).

"Jangan selfie sama unta. Selfie saja dengan yang jauh lebih cantik," kata Nila. 

Nila mengingatkan, tidak ada yang bisa menjamin hewan-hewan di Arab Saudi terbebas dari penyakit. Khususnya unta yang dinilainya dapat menularkan penyakit ke manusia. Dia tidak ingin penyakit-penyakit itu sampai ke Indonesia dan memberi dampak buruk di tanah air secara meluas.


"Kita juga tidak ingin virus ini kebawa ke Indonesia," tutur Nila.

Di samping menghindari hewan-hewan, Nila juga menyarankan kepada jemaah haji untuk menjaga kebersihan saat beraktivitas di luar ruangan. 

Menurutnya, tidak menutup kemungkinan jemaah tertular penyakit yang diidap jemaah haji dari negara lain. 
Nila mengatakan saat ini wabah penyakit kolera sedang banyak diidap warga negara Yaman. Mengenai hal itu, Nila bukan tidak ingin jemaah haji berkomunikasi dengan jemaah asal Yaman, melainkan menjaga kebersihan setelah melakukan kontak fisik.

"Akibat dari kontaminasi, bakteri bisa sebabkan kita diare. Betul-betul jaga kebersihan, cuci tangan, istirahat juga," kata Nila.

Nila lalu meminta jemaah haji agar lekas melapor kepada petugas kloter jika terjadi hal-hal yang kurang mengenakkan.

Pelindung kepala juga dinilai perlu dipakai bilamana tidak kuat dengan suhu di Arab Saudi yang cenderung lebih panas daripada di Indonesia. Menurutnya, jemaah haji asal Indonesia tidak perlu memaksakan diri tidak memakai payung apabila memang tidak kuat dengan pancaran sinar matahari saat menjalankan ibadah. 

"Jika beraktifitas di luar ruangan, gunakan masker, payung, dan rajin minum," ujar Nila.
Jemaah haji kloter pertama telah diberangkatkan pada Jumat (28/7) pagi. Pada acara pelepasan kloter pertama, hadir pula Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan anggota DPR Komisi VII, Ali Taher. 

Ada pun jumlah jemaah haji asal Indonesia yakni 221 ribu yang terbagi ke dalam kuota haji regular 204 ribu serta 17 ribu kuota haji khusus.

Semua jemaah haji berangkat dari sembilan embarkasi, antara lain Embarkasi Aceh, Medan, Padang, Jakarta, Solo, Banjarmasin, Balikpapan, Lombok, dan Makassar (bpp/cnni
)

Dipastikan Utang Semakin Menumpuk, Menkeu Tak Bisa Stop Utang Pemerintah




Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa pemerintah tak bisa menghentikan penggunaan utang dalam menyeimbangkan kebutuhan belanja negara dengan penerimaan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2017.
Pasalnya, dari sisi penerimaan negara, pemerintah tak bisa memaksa Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan untuk jor-joran dalam menyetor pajak dan cukai ke kantong negara. 
Ia mencontohkan, dari sisi pajak, pemerintah tak bisa seenaknya menambah objek pajak, menarik berbagai jenis pajak baru, dan menentukan tarif pajak yang tinggi kepada masyarakat. 

Misalnya, seperti rencana mengubah batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang sempat dikaji beberapa waktu lalu, hingga akhirnya tak jadi dilakukan. Sebab, pemerintah perlu turut memperhatikan dampak luasnya ke kondisi ekonomi Tanah Air. 
"Misal saya menaikkan pajak, PTKP saya turunkan, katanya ibu membuat keresahan. Atau saya cari pajak ke pedagang besar, katanya jangan Bu, lagi lesu. Kan saya jadinya garuk-garuk (kepala) jadinya," ujar Sri Mulyani kepada peserta diskusi di Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Kamis (27/7). 
Bahkan, dengan kebijakan pemerintah lainnya, yaitu mengakses data keuangan nasabah lembaga jasa keuangan, yang landasan hukumnya baru diterima dalam Sidang Paripurna DPR saja, masih banyak keraguan dari masyarakat.
"Kalau gitu saya tambah Rp390 triliun di penerimaan. Saya sih bisa saja tambah tapi coba saya kejar pajak, saya lihat akun (rekening) Anda. Wajah Anda kelihatannya 'blank' semua," celetuknya. 
Sementara, dari sisi belanja negara, juga tak terelakkan pertambahannya, mengingat kebutuhan belanja untuk seluruh pos Kementerian/Lembaga (K/L), non K/L, hingga Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) juga kian bertambah dari waktu ke waktu. 
Selain kebutuhan belanja terus bertambah, pemerintah juga tak bisa seenaknya memangkas alokasi belanja. Pasalnya, setelah menyisir anggaran pos demi pos, kebanyakan program dari K/L dan daerah memang penting dan mendesak. 
"Misal, apa boleh anggaran pendidikan saya potong? Tidak kan? Apa anggaran kesehatan saya potong? Tidak kan? Apa saya potong anggaran MRT LRT? Kami berhentikan dan mangkrak? Nanti kalian kena macet terus," kata Sri Mulyani. 
Alhasil, penerimaan yang minim dan belanja yang terus meningkat membuat pemerintah tak punya pilihan untuk menutup kekurangan anggaran dari utang. 

Namun begitu, ia memastikan bahwa utang yang digunakan akan dikelola pemerintah untuk belanja modal dan belanja produktif, sehingga penambahan utang menjadi tidak sia-sia dan justru memberikan sumbangan pada perekonomian dan pembangunan.

Adapun sampai Juni 2017, jumlah utang pemerintah telah mencapai Rp3.706,52 triliun. Angka ini meningkat sekitar Rp34,19 triliun dari Rp3.672,33 triliun pada Mei lalu. Sementara di APBNP 2017, pembiayaan utang mencapai Rp461,34 triliun untuk menutup defisit anggaran yang mencapai Rp397,23 triliun.(sumber: CNN Indonesia)

Catatan pulang kampung-2 tentang Penebar Cahaya Al Qur'an




Oleh: Imam Shamsi Ali*
Sekembali dari kampung kelahiran, Kajang Bulukumba, saya bersiap-siap menemani seorang da'iyah, mujahidah Al-Quran, Dr. Ir. Hj. Andi Majdah M. Zain Agus Arifin Nu'mang, MSi. Beliau adaah sosok wanita teladan, isteri pejabat yang berwawasan rabbani, berilmu salehah, da'iyah dan mujahidah. Beliau isteri Wakil Gubernur Sul-Sel, Bapak Agus Arifin Nu'man, sekaligus ketua puluhan organisasi Islam dan massa dan rektor Universitas Islam Makassar.
Dari sekian organisasi yang beliau pimpin, barangkali Forum Kajian Cinta Al-Quran menjadi salahbsatu yang terpenting dan prioritas dalam perjuangan baliau. FKCA adalah kendaraan beliau dan tim dalam menebarkan cahaya Al-Quran ke seluruh pelosok daerah. Sungguh jihad mulia dari seorang isteri pejabat, yang terbangunndi atas kesadaran bahwa "barokah" bumi hanya akan terbuka jika barokah langit diketuk dengan cahaya KalamNya.
Perjalanan pertama bersama kami adalah menuju sebuah daerah, daerah kelahiran Bapak Wagub. Perjalanan subuh itu memang mengasyikkan dengan pemandangan persawahan dan pegunungan yang hijau. Juga di sepanjang jalan propinsi itu diperindah oleh tepi laut yang memang indah.
Di pagi hari kami sampai di rumah jabatan Bupati Pinrang. Dengan segala keramahan disambut dengan suguhan kue-kue khas lebaran. Maklum memang masih dalam suasana halal bihalal. Tidak lupa juga saya sebutkan bahwa perjalanan ke Pinrang ini diikuti sekaligus oleh Wakil Gubernur Sul-Sel, Bapak Agus Arifin Nu'man, yang juga calon Gubernur Sul-Sel periode mendatang.
Acara tablig akbar yang dijadwalkan pagi itu akan berlangsung dari jam 10 hingga 12 siang di masjid Agung Pinrang. Oleh karena acara ini diinisiasi oleh Bupati dan akan dihadiri oleh Wakil Gubernur, dapat dipastikan akan menjadi acara besar. Dan benar pengajian ini dihadiri oleh seluruh jajaran Pemda Pinrang, tokoh agama dan masyarakat, akftifis dan tokoh pemuda, bahkan masyarajat setempat.
Dalam tablig akbar dan ceramah halal bihalal ini saya menyampaikan beberapa pesan, yang saya anggap relevan dengan spirit (semangat) pembangunan di Sul-Sel.
Pertama, sebagaimana saya sering sampaikan di mana-mana bahwa sebagai putra bangsa dan daerah, sejauh langkah berjalan semakin membesarkan kebanggan kepada bangsa dan negara Indonesia. Ini bukan pujian palsu yang diada-ada. Tapi bagian dari kesyukuran saya untuk menyebutkan karunia besar pada bangsa ini. "Wa amma bini'mati Rabbika fahaddits".
Tentu banyak hal yang membanggakan saya. Dari kenyataan bahwa Indonesia adalah negara besar, dengan luas geogafis yang dahsyat, dengan dengan penduduk terbesar keempat dunia, kaya sumber daya alam, dan dengan kecantikan alam yang mengagumkan.
Tapi yang terpenting dari semua itu, orang Indonesia atau manusia Nusantara itu adalah orang-orang khas. Kekhasan yang boleh jadi menjadi dambaan orang lain. Bangsa ini adalah bangsa dengan sejarah besar, sejarah kerajaan-kerajaan besar Nusantara. Tapi yang lebih penting dari semua itu adalah bahwa manusia Nusantara itu memiliki karakter tersendiri. Karakter yang santun, ramah, rendah hati, bersahabat, dan gotong royong.
Kedua, bahwa dalam dunia yang diwarnai oleh kekerasan dan permusuhan ini, manusia Nusantara dituntut untuk berada di garda terdepan dalam proses perubahan dunia itu. Dengan karakter bersahabat dan damai, dengan sendirinya putra-putri bangsa ini memiliki amanah besar di atas pundaknya untuk melakukan perombakan dunia dari permusuhan, perpecahan dan peperangan ke dunia yang bersahabat, bersatu dan damai.
Potensi inilah yang menjadikan saya sebagai anak bangsa terus melangkah menuju perubahan itu. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang saya miliki, saya menjadi kuat dan termotivasi oleh realita di atas. Bahwa saya adalah bagian sekaligus wakil dari bangsa besar dan hebat itu. Dan karenanya kerja-kerja dialog antar agama dan komunitas yang saya lakukan bukan sekedar inisitatif pribadi. Melainkan representasi dari karakter sejati bangsa besar yang terwakili.
Ketiga, mungkin yang paling khusus dari semua kebesaran bangsa ini adalah realita bahwa Indonesia adalah negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia. Didukung oleh karakter manusia Nusantara di atas, Muslim Indonesia harus menyadari tugas besarnya untuk merubah persepsi Islam yang sangat buruk di mata dunia. Islam yang saat ini menjadi agama dengan perkembangan tercepat di dunia memang dipersepsikan sebagai agama ko, tidak bersahabat, diktator, terbelakang, tidak menghormati wanita, minoritas dan HAM. Tentu yang paling nyata dari persepsi itu adalah tuduhan jika Islam adalah agama keras, senang perang, dan agama inspirasi teror.
Sebagai bangsa dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, dan ditopang oleh karakter khas tadi, bangsa ini bertanggung jawab untuk berada di garis kepemimpinan dakwah. Dakwah dengan pemahaman bukan mengislamkan orang lain. Tapi dakwah dengan pemahaman bahwa menyampaikan Islam yang sesungguhnya tidak saja penting bagi umat ini. Tapi sekaligus menjadi penting bagi upaya perdamaian dunia.
Konten ceramah yang hampir sama juga saya sampaikan di beberapa sesi selanjutnya dalam perjalanan itu. Antara lain ceramah halal bihalal ke pengurus Badan Kooedinasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia se Sul-Sel dan masjid Agung kabupaten Enrekang.
Dalam perjalanan itu juga saya banyak belajar tentang daerah asal saya. Salah satunya betapa Sul-Sel itu memiliki potenei besar. Pinrang misalnya ternyata adalah daerah penghasil dan tempat pengelolahan rumput laut terbesar di dunia. Mungkin selama ini tidak terlalu terekspos, tapi bagi saya sebagai putra daerah, sebuah kebanggaan tersendiri.
Perjalanan itu dan beberapa perjalanan ke daerah bersama Bunda Majdah sebelumnya sungguh sangat berkesan, membanggakan dan menginspirasi. Betapa tidak, Bunda Majdah sebagai isteri wakil gubernur itu tiada lelah berkeliling daerah, menembus pelosok-pelosok desa dan kampung membawa cahaya Al-Quran.
Dan ini pula yang lebih meyakinkan saya bahwa pembangunan Sul-Sel dan negara Indonesia tercinta tidak mungkin dapat terpisahkan dari nilai-nilai langit Rabbani (ketuhanan). Dan di Sulawesi Selatan secara khusus, perkawinan antara seorang seorang Agus dan Majdah adalah perkawinan langit dan bumi.
Itulah yang tersimpulkan dalam KalamNya: "kalau saja penghuni negeri itu beriman dan bertakwa maka Kami (Allah) akan bukan berkah-berkah langit dan bumi" (Al-Quran).
Semoga Allah menjaga dan memberkahi keduanya. Amin!
New York, 19 Juli 2017
* Presiden Nusantara Foundation

Gara-Gara Nggak Mau Difoto dengan Latar Belakang Minuman Keras, Pesepakbola Muslim Ini Dicabut Gelar Man of the Machnya




Striker anyar Manchester United, Romelu Lukaku, harus menerima kenyataan statusnya sebagai man of the match dicabut. Gara-garanya, ia nggak mau difoto berlatar belakang minuman keras.
Seperti dilansir dari dailymail.co.uk, gara-garanya penyerang haus gol asal Belgia itu mempertahankan keyakinannya sebagai seorang Muslim (menurut sejumlah media Inggris) dan menolak apa pun tentang minuman keras.
Lukaku sebenarnya berhak atas penghargaan man of the match tersebut setelah tampil ciamik di kompetisi pra musim International Championsip Cup (ICC) yang berlangsung di Amerika Serikat.
Sponsor utama kompetisi itu adalah salah satu brand minuman keras, Heineken.
Lukaku layak mendapatkan penghargaan man of the match usai mencetak gol di laga derby antara Manchester United versus Manchester City.
Laga yang berlangsung pada (21/7/2017) tersebut dimenangkan MU dengan skor 2-0 lewat gol Lukaku dan Marcus Rashford.
Akan tetapi, Lukaku menolak karena ketaatan terhadap keyakinan yang dia percayai. 
Akhirnya seusai laga, penyelenggara menyerahkan penghargaan man of the match kepada Henrikh Mkhitaryan yang hanya memberi assis untuk gol Rashford.
Penyelenggara ICC mewajibkan setiap pemain yang meraih man of the match berfoto dengan latar sponsor utama Heineken.
Ini yang tidak bisa dilakukan Lukaku karena dianggap turut menyebarluaskan minuman keras yang menjadi larangan bagi agamanya.
Sebelum ICC berlangsung klub peserta kompetisi mengirimkan daftar pemain Muslim beserta pemain berusia di bawah 21 tahun ke bawah untuk menghindari keikutsertaan mereka dalam kampanye anti minuman keras.
Ramalan Tentang Lukaku 
Mantan kapten Everton, Phil Neville (40), menyambut gembira kabar kepindahan Romelu Lukaku (24) ke Manchester United.
"Saya pikir Anda juga telah melihat perkembangan Romelu," kata Phil Neville kepada BBC Sport, Kamis (6/7/2017).
"Ada sejumlah kritik yang mempertanyakan apakah dia pantas bermain di laga besar? Apakah dia bisa mencetak gol di laga besar? Saya pikir Romelu mulai menepis keraguan itu musim lalu karena mampu mencetak beberapa gol dalam laga besar dan saya pikir dia terus berkembang," ucap sosok yang menjabat kapten Everton dari 2007 hingga 2013 itu.
Lukaku memang tampil trengginas pada musim 2016-2017 di ajang Premier League - kasta teratas Liga Inggris.
Dari total 25 gol dia, ada empat gol yang bersarang ke tim-tim raksasa sekelas Man City (15 Oktober 2016 dan 15 Januari 2017), Tottenham Hotspur (5 Maret 2017), dan Arsenal (21 Mei 2017).
Phil Neville pun tak sabar menyaksikan kerja sama antara manajer Jose Mourinho dan Romelu Lukaku di Man United.
Pasalnya, dua nama terakhir sempat 'tak akur' ketika sama-sama membela panji Chelsea pada musim 2013-2014.
Kala itu, Mourinho cuma memberikan Lukaku kesempatan beraksi dalam tiga laga dengan jumlah bermain 62 menit.
"Menarik untuk melihat bagaimana Romelu bisa cocok dengan skuat United karena ada banyak perbincangan yang mengatakan bahwa Jose telah menjual Romelu dan tidak memainkannya di Chelsea. Namun, itu empat atau lima tahun lalu," ucap Neville.
"Sekarang, Romelu adalah pemain berbeda. Dia lebih bagus. Rekor dia sensasional. Jika dia bisa mencetak 17 atau 20 gol tahun ini, United akan meraih kesuksesan," tutur pria yang pernah membawa Man United meraih enam trofi Premier League itu.
Lukaku memang menjelma menjadi penyerang berbahaya. Dia merupakan pemain keempat setelah Michael Owen, Robbie Fowler, dan Wayne Rooney yang mampu mengukir lebih dari 80 gol di Premier League sebelum berusia 24 tahun. (bpp/bsc)

Kamis, 27 Juli 2017

PP Pemuda Muhammadiyah Desak Presiden untuk Bentuk TGPF Kasus Novel Baswedan



Pemuda Muhammadiyah mendesak Presiden segera  membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang independen untuk mengungkap kasus penyerangan terhadap Novel Baswedan, TGPF ini juga penting dibentuk untuk menghindari politik kepentingan atau politik saling sandra yang ada ditubuh internal kepolisian.
Hal ini disampaikan  Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammdiyah pada Jumpa Pers, Rabu (26/7/2017) di Gedung Dakwah Muhammadiyah Jakarta. Menurutnya, proses penyidikan kasus yang menimpa Novel Baswedan,yang dilakukan oleh POLRI telah memasuki hari ke-106. Sedikitnya 56 (lima puluh enam) orang telah diperiksa untuk dimintai keterangan sebagai saksi, begitu juga rekaman CCTV yang berada di lokasi telah dikumpulkan oleh penyidik serta beberapa barang bukti lainnya seperti pakaian Novel dan cangkir yang diduga digunakan pelaku dalam peristiwa itu.
Namun dari banyaknya barang bukti yang telah dikumpulkan, pihak Kepolisian belum juga mampu mengungkap siapa pelaku penyiraman yang menimpa penyidik senior KPK terebut.Hal tersebut menimbulkan pertanyaan dari sejumlah kalangan, termasuk Koalisi Masyarakat Sipil Peduli KPK yang menyampaikan sejumlah temuannya dalam konferensi pers, Rabu (26/7).
“Koalisi Masyarakat Sipil Peduli KPK setidaknya telah menyampaikan beberapa hasil temuan terkait dengan kejanggalan – kejanggalan proses penyidikan yang dilakukan oleh penyidik POLRI yang menujukan bahwa ada ketidakmauan POLRI untuk mengungkap secara serius dan terang benerang Kasus Novel Baswedan,” terang Dahnil Anzar Simanjuntak, Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah saat konferensi pers yang digelar pada Rabu (26/7) di Gedung Dakwah Muhammadiyah Menteng Jakarta Pusat.
Kejanggalan yang dimaksud ialah seperti keterangan penyidik yang menyatakan bahwa tidak ada sidik jari pada gelas yang ditemukan di sekitar lokasi kejadian, melepaskan orang yang diduga kuat sebagai pelaku dan ketidakseimbangan antara informasi yang disampaikan Mabes Polri yang kerap dibantah dibantah atau direvisi oleh Tim Penyidik Polda.
Selain itu munculnya ancaman – ancaman terhadap beberapa anggota Komisoner Komnas HAM dalam proses usulan pembentukan Tim Gabungan Pencari Fakta menambah kejanggalan tersebut dan adanya Tim di internal POLRI juga mendekati saksi – saksi dan meminta informasi terkait dengan peristiwa penyerangan terhadap Novel Baswedan, padahal bukan bagian dari tim penyidik.
“Maka kami menilai bahwa pengungkapan kasus penyiraman terhadap Novel Baswedan bukan semata – mata terkait dengan ketidakmampuan penyidik POLRI dalam mengungkap peristiwa penyerangan terhadap Novel Baswedan, akan tetapi kami melihat bahwa ada banyak kepentingan ditubuh internal kepolisian yang mempengaruhi proses penyidikan,” kata Dahnil.
Untuk itu pihaknya mendesak Presiden agar bersikap dan membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang independen untuk mengungkap kasus penyerangan terhadap Novel Baswedan, TGPF ini juga penting dibentuk untuk menghindari politik kepentingan atau politik saling sandra yang ada ditubuh internal kepolisian.
Sementara mantan Koordinator Kontras, Haris Azhar, menyatakan bahwa semestinya tidak ada alasan bagi penyidik Polri kasus ini, mengingat banyak kasus yang mudah dan dengan dalam waktu singkat terungkap, bahkan diantaranya lebih besar dari kasus yang menimpa Novel Baswedan.
"Ini soal si Kapolrinya, mau, berani apa enggak. Bahwa nanti orang yg esisten dengan kasus Novel, yang tidak suka Novel, yang berkepentingan agar kasus ini tidak dibuka, dia terganggu kalau Kapolri buka kasusnya," kata Haris.
"Saya pikir masyarakat akan semakin mendukung Polri kalau pak Tito berani bongkar ini, Saya mau kasih semangat ke Kapolri, Anda harus berani. Karena Kapolri cuma satu, dia aja. Dia harusnya berani dan bisa," pungkasnya. (bpp/moi)

Catatan Pulang Kampung 1: Tentang Pidato Obama di Konferensi Diaspora





Oleh: Imam Shamsi Ali*
Sejak tgl 1 hingga 17 Juli saya berada di bumi pertiwi tercinta, Indonesia. Sejujurnya kepulangan kali ini niat awalnya adalah bergabung dengan keluarga yang sedang berlibur di kampung. Apa daya, tuntutan dan tanggung jawab dakwah tidak bisa ditolak. Saya pun hanya berkesempatan kembali ke kampung bertemu ayah setengah hari. Selebihnya berkeliling ke berbagai kota antara lain, Pinrang, Enrekang, Surabaya, Semarang, Pati, Bandung dan tentunya Jakarta dan sekitarnya.
Awalnya memang untuk menjadi salah seorang nara sumber pada konferensi Diaspora Indonesia yang dilaksanakan pada tgl 1-3 Juli di Jakarta. Konferensi yang dahsyat karena dihadiri oleh tidak kurang dari sembilan ribu peserta dari dalam dan luar negeri. Para narasumber yang diundang juga adalah nama-nama beken warga Indonesia, baik yang masih tinggal di luar negeri maupun yang telah kembali ke tanah air tapi pernah tinggal di luar negeri. Di antara nama-nama papan atas yang menjadi nara sumber itu adalah Dr. Anies Baswedan, gubernur Jakarta terpilih dan Ridwan Kamil, Walikota Bandung.
Akan tetapi dari sekian nama masyhur itu yang menjadi magnet bagi keberhasilannya adalah kehadiran mantan presiden Amerika Serikat, seorang negarawan yanh dicintai dan dikagumi oleh berjuta-juta manusia, tidak saja di Amerika tapi di seluruh dunia termasuk Indonesia. Beliau Barack Obama hadir sebagai "keynote speaker" pada acara pembukaan konferensi yang lebih dikenal dengan CID yang spektakular itu.
Keberhasilan konferensi yang fenomenal ini tentunya tidak akan pernah bisa dipisahkan dari kapabilitas dan keliahaian Ketua (Chairman) dari organisasi yang tersebar di seluruh dunia ini. Beliau adalah Dr. Dino Patti Djalal, mantan Duta Besar RI untuk Amerika Serikat.
Barack Obama effect
Walaupun ada upaya-upaya penggagalan dari sebagian mereka yang merasa berjasa dalam membesarkan gerakan diaspora Indonesia ini, diakui atau tidak, inilah konferensi Diaspora yang terbesar dan tersukses dalam 5 tahun terakhir. Bahkan keberhasilan konferensi kali ini boleh jadi tidak akan terulang kedua kalinya.
Selain kelihaian dan kapabilitas tinggi sosok leadership (kepemimpinan) di balik kesukseaan ini, juga karena Obama effect. Kehadiran Obama di konferensi ini menjad magnet dahsyat minat peserta, sehingga jauh-jauh hari sebelum acara dimulai pendaftaran telah ditutup. Ratusan bahkan ribuan peminat terpaksa gigit jari karena membludaknya pendaftar untuk hadir di acara itu. Bahkan dari 9000 peserta yang berhasil diakomodir hanya 4000 di antaranya yang bisa menghadiri acara pembukaan dan keynote speech Barack Obama.
Dalam pidato utama pembukaan Diaspora Barack Obama intinya menyampaikan empat poin utama. Keempat hal ini menjadi penentu warna dunia kita saat ini, baik buruknya, aman dan kacaunya. Keempat poin yang disampaikan Obama saya ringkaskan sebagai berikut:
Pertama, bahwa dalam dunia global kini tuntutan terpenting manusia adalah "togetherness" (kebersamaan). Kebersamaan ini hanya akan dapat terbangun ketika manusia mampu membangun kesadaran "diversity" (keragaman). Dan karenanya keragaman bukan sesuatu yang mengancam. Kesadaran justeru menjadi bagian dari kehidupan manusia itu sendiri.
Ancaman terbesar dari kebersamaan atau kesatuan di tengah keragaman (unity in diversity) ini adalah tumbuhnya tendensi intoleran dunia. Manusia seolah teracam dan ketakutan dengan kenyataan bahwa dunia tidak lagi monolitik, tapi terjadi eksposur keragaman yang sangat luar biasa. Dan karenanya manusia yang berpandangan sempit, terkungkung oleh zona nyamannya sendiri, akan mengalami kekhawatiran bahkan merasa terancam dengan karagaman ini. Akibatnya mereka akan membenci keragaman itu dan bersikap intoleran kepada mereka yang dianggap lain dari dirinya.
Barack Obama sesungguhnya memuji Indonesia sebagai negara toleran. Sebagai negara Muslim terbesar, dengan segala dinamika yang terjadi di negara ini, Indonesia tetap menjadi model toleransi dunia. Contoh toleransi Indonesia itu terbukti dengan tetap terjaganya kelestarian peninggalan sejarah agama-agama dan budaya lain. Borobudur, Prambanan, bahkan Wayang kulit masih menjadi bagian yang terpisahkan dari kehidupan budaya dan agama di Indonesia.
Kedua, Barack Obama juga mengakui bahwa demokrasi bukankah sistim yang sempurna. Tapi demokrasi adalah sistim yang terbaik saat ini dalam membangun kehidupan publik manusia. Akan tetapi di sisi lain diakui bahwa demokrasi tanpa kemakmuran ibarat rumah besar tanpa penghuni. Oleh karenanya demokrasi dunia harus terus menerus mengupayakan "kemakmuran dunia". Jika tidak maka demokrasi akan dilihat sebagai sistim yang sedang lumpuh.
Salah satu hal yang Barack Obama akui adalah bahwa kendati dirinya adalah penganut sistim kapitalisme, tapi di sisi lain mengakui bahwa kapitalisme dunia semakin memperbesar jurang pemisah antara mereka yang "the haves" dan "the have nots" (antara yang kaya dan miskin). Dan nenurutnya lagi, jika tidak segera diselesaikan akan melahirkan berbagai gesekan sosial.
Dan karenanya kapitalisme dunia akan dipersepsikan sebagai sistin yang tidak adil. Hendaknya diupayakan apa yang disebutnya sebagai "fair share" demi terminimalisirnya tendensi "kekerasan" atau terorisme dalam dunia ini.
Ketiga, Barack Obama juga menyinggung soal penanganan terorisme yang cenderung selalu melalui pendekatan militer. Padahal yang sedang terjadi adalah "battle of ideas". Terorisme adalah "cara pandang" orang dalam melihat permasalahan melalui pendekatan kekerasan. Intinya ada pada cara pandang atau pemikiran.
Dan karenanya tanpa mengurangi urgensi pendekatan militer jika diperlukan, dalam upaya menyelesaikan masalah terorisme dunia diperlukan pendekatan sosial budaya dan ekonomi. Upaya pembangunan (development) menjadi krusial menjadi bagian terpenting dalam upaya menyelesaikan isu terorisme dunia.
Keempat, Barack Obama juga banyak menyinggung kemajuan teknologi, khususnya di bidang informasi dan media. Kecepatan informasi, khususnya media sosial, menjadi hal penting bagi kaum muda untuk sadar dalam merespon secara positif. Jika tidak maka generasi muda akan terbawa oleh arus perkembangan, yang sejatinya mereka akan menjadi korban dari perkembangan ini.
Oleh karenanya Barack Obama menghimbau kepada remaja dan pemuda dunia untuk menguasai kemajuan teknologi dan informasi dan memaksimalkannya bagi pengembangan diri dan masyarakat. Setiap fenomena kemajuan itu menuntut kaum muda untuk mengambil bagian, bahkan menjadi pengendali dari kemajuan itu sendiri.
Mudik kampung
Setelah dua hari mengikuti konferensi Diaspora yang fenomenal itu saya melanjutkan perjalanan pulang kampung. Rencananya akan mengunjungi keluarga atau tepatnya ayah yang sudah uzur di kampung, Kajang Bulukumba. Saya membayangkan sajian kampung, dari kelapa muda, ikan-ikan hasil empang yang segar, hingga kepada kue-kue khas kampung.
Apa daya ternyata tuntutan dakwah jauh lebih dahsyat dari yang diperkirakan. Jadwal yang ada bersama keluarga hanya setengah hari. Selebihnya saya telah dijadwalkan keliling daerah bersama Dr. Majdah Nu'man, rektor Universitas Islam Makassar, dan sekaligus sebagai Ketua Pembina Forum Kajian Cinta Al-Qur'an (FKCA). Beliau dan timnya adalah mujahidah Al-Quran yang tiada lelah dan henti-hentinya membawa cahaya Al-Quran menerobos seluruh pelosok-pelosok dan perkampungan daerah kelahiranku Sul-Sel. (Bersambung).
Di ketinggian 37000 kaki, 18 Juli 2017
* Presiden Nusantara Foundation