Sabtu, 29 Juli 2017

Teror ke Penyidik KPK tak Hanya Kepada Novel Baswedan




Teror bukan hal asing bagi penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. Sebelum kasus penyiraman air keras ke wajahnya 11 April lalu, rentetan teror telah dirasakan oleh Novel. Teror juga tidak hanya untuknya, tetapi juga untuk penyidik KPK lainnya,
 
Novel sadar betul risiko tersebut. Menurutnya, ada banyak teror yang diterimanya selama menjadi penyidik KPK.
 
"Teror-teror ini bukan pertama kali terjadi. Sudah banyak teror serupa yang tidak terpublikasi dengan baik," kata Novel dalam program Mata Najwa di Metro TV, Rabu 26 Juli 2017.
 
Ia menceritakan, ada beberapa teror yang dilakukan oleh orang yang sama sejak lalu. Ia meyakini pelaku teror itu merupakan oknum kepolisian.
 
Novel mengakui telah mengantongi bukti-bukti teror yang ditujukan kepadanya ataupun penyidik KPK lainnya. Jenis teror pun beragam, umumnya teror melalui telepon.

Dalam kesempatan itu, Novel sempat menunjukan secarik kertas kepada Najwa Shihab. Kertas tersebut, kata Novel, berisi daftar nama penyidik KPK beserta biodata, nomor telepon, alamat rumah, hingga rute pulang dan pergi ke tempat kerja.
 
"Dan kertas ini diberikan kepada eksekutor untuk dilakukan eksekusi. Itu berbahaya sekali," tuturnya.
 
Kerabat Anies Baswedan ini menilai hal tersebut sebagai salah satu upaya teror. Setiap penyidik KPK bisa kapan saja dihabisi.
 
Novel sangsi jika harus menyerahkan kertas tersebut ke penyidik kepolisian untuk mengusut kasus yang menimpanya. Ia berniat menyerahkan daftar nama itu jika dibentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF).
 
"Saya akan berikan fakta-fakta yang seperti ini (Kalau TGPF dibentuk). Tapi, kalau disampaikan ke penyidik kepolisian, mengungkap teror saya aja tidak berani, apalagi yang begini," tuturnya.
 
Novel mengatakan, jika pemerintah serius mengungkap kasus penyerangannya, lebih baik dibentuk TGPF untuk mengungkap fakta-fakta. Itupun dengan catatan, pemerintah menganggap penting kasus ini.
 
Pemerintah, kata Novel, harus mengambil sikap tegas terkait teror-teror yang ditujukan kepada dirinya dan penyidik KPK lainnya. "Bayangkan, seorang aparatur yang bekerja untuk negara dan kemudian diteror, diserang, dipermalukan, dan kemudian negara membiarkan. itu suatu hal yang luar biasa," ujar Novel. (bpp/mtnc)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar