Bagi Muhammadiyah, Ambulan yang membawa orang sakit dicegat itu absurd. Apa pun agama si Sakit. Bagi Muhammadiyah, kerja kemanusiaan tak pandang agama, seperti halnya yang terjadi di Muhammadiyah Semarang.
‘Si Putih”, Ambulan Lazis Muhammadiyah Kabupaten Semarang juga sangat dirasakan kebermanfaatannya oleh masyarakat. Masyarakat di perkotaan hingga di pelosok Kabupaten Semarang banyak yang memanfaatkan untuk berobat, atau kebutuhan mendesak lainnya.
Tak Segan-segan, ambulan Lazismu ini mengantar hingga ke Solo, Magelang, Kota Semarang dan banyak tempat lainnya. Saat arus mudik maupun balik Lebaran berlangsung, berhari-hari ambulan ini juga membuka posko kemanusiaan di kawasan Tol Semarang-Solo.
Lazismu dalam memberikan layanan dan pengabdian bukan hanya untuk jamaah Muhammadiyah atau Islam saja, tapi juga melampaui lintas geografis bahkan juga lintas iman. Seperti misalnya Pada Februari yang lalu, ambulan Lazismu mengantar jenazah Mbah Sumirah (80 tahun) di TPU Pundung Putih. Meskipun Mbak Sumirah adalah non muslim, tapi keluarga Mbak Sumirah meminta pertolongan kepada Muhammadiyah dan Ambulan lazismu tetap memberikan pelayanan terbaik. Baik itu mengantar kerumah sakit untuk berobat, mengantar untuk pemakaman, atau kondisi-kondisi darurat tertentu, Lazismu Kabupaten Semarang selalu siap.
“Kami memberikan pelayanan kepada siapapun, tanpa membeda-bedakan latar belakang sosial, suku, ras maupun agama. Kami ingin Muhammadiyah sebagai Islam yang rahmatan lil alamin”, ujar Ust.Zaenal Abidin, Ketua Lazis Muhamamdiyah Kabupaten Semarang.
Apa yang terjadi pada Mbak Sumirah hanyalah sebagian kecil dari bentuk toleransi yang ada di Muhammadiyah. Ribuan amal usaha Muhammadiyah yang lain, sudah terbiasa mempraktikan teleransi terhadap umat agama yang berbeda, dalam kehidupan sehari-hari. (bpp/sp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar