Menyenangkan melihat jamaah pengajian di Brangkal Soko Mojokerto, mereka adalah gambaran jamaah Ngaji yang ideal, datang membawa Al Qur'an dan buku catatan, berbaris berderet rapi seperti shaf sholat.
Bukan hanya itu, mereka adalah jamaah berakhlaq tinggi, ramah, dan kelihatan sekali mereka menguasai fikih majelis ilmu.
Yang menarik adalah setiap jamaah yang di asuh oleh Ustad Ahmad Anas ini telah berdaya sebagai pemateri, mampu kultum dan bahkan bisa khutbah.
Melihat pemandangan seperti ini saya teringat lembaga Al Barqy milik Ustad KH. Muhajir Sulthon Allohuyarham, juga teringat masjid Syuhada' di Bebekan gang Masjid, Sepanjang Sidoarjo yg digawangi KH. Imam Hambali Hasybi (guru saya)
Apa yang sama dari ketiga sosok tersebut, sehingga mampu membentuk jamaah yang seperti itu?
Mereka punya ke"khas"an sendiri-sendiri tetapi ada yg sama dari ketiga sosok ini yaitu sifat "AYOM", NGAYOMI adalah sebuah keadaan/sifat dimana seorang murabbi/pendidik selalu berupaya membuat jamaahnya selalu sejuk, senantiasa memberdayakan, mengkoordinir, disamping itu juga pendidik tidak menghakimi, menyalahkan.
KH. Muhajir Sulthon membuat santri belajar aktif tanpa di salahkan. KH. Ahmad Anas, memberdayakan jamaahnya dengan mengadakan kultum rutin, wow ... yang menarik Ustad yg berilmu tinggi ini mau jadi mustami', mendengar dengan sabar. Dulu 10 tahun yang lalu waktu awal-awal mengisi kajian di Al Muqorrobin, deg deg-an ... Apalagi didengar oleh Ustad kaliber, eh ternyata beliau manggut-manggut ... menunjukkan penghargaan walaupun terhadap juniornya. Menyejukkan ...
Begitu pula KH. Imam Hambali Hasybi, pengalaman menjadi santri beliau, MasyaAlloh begitu sangat menghargainya beliau terhadap santrinya. Semangat memberdayakan yang beliau miliki luar biasa, pernah beliau mengajak kami pengajian ke Kediri, pada saat di lokasi pengajian tiba-tiba beliau izin tidak bisa memberi CERAMAH, dan beliau sodorkan muridnya untuk menggantikan. Dan sejak saat itulah muridnya menjadi pendakwah. Sebenarnya beliau tidak sakit, beliau hanya ingin supaya muridnya menemukan momentum untuk memulai tugas dakwahnya.
Beliau katakan "kamu sudah mampu, suatu saat kamu bisa lebih baik dari aku". Walau muridnya tau tidak mungkin menyamai kemampuan orasi da'i hebat ini, tetapi pernyataan seperti itu laksana makanan yg diberikan pada orang lapar, benar-benar laksana air didepan dahaga. Menyejukkan ...
Kiranya NGAYOMI menjadi rahasia mereka bertiga mencetak kader, mencetak umat. Semoga kita selalu menemukan pribadi-pribadi NGAYOMI ini dimasa mendatang dan ditempat-tempat lain. Semoga kita menjadi salah satu dari hamba yang memiliki jiwa NGAYOMI.
Khoiri, T.TSp, D,Dw. Gedeg Mojokerto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar