Kamis, 27 April 2017

KARANGAN BUNGA


by Izzul Muslimin
Bicara karangan bunga, saya teringat dengan Almarhum Pak AR Fachruddin, Mantan Ketua PP Muhammadiyah yang termasyhur itu. Beliau tidak setuju kalau di Muhammadiyah ada tradisi kirim ucapan lewat karangan bunga. Beliau melihat itu sebagai tindakan mubadzir. Menurut saya memang ada benarnya. Karangan bunga yang dibuat cukup susah, dikirimnya juga cukup repot, ternyata hanya dipajang tak lebih dari sehari, dan kemudian di tumpuk dan dionggokkan begitu saja. Makanya dulu jarang sekali lembaga Muhammadiyah mengirim karangan bunga. Tapi, jika ada pihak lain yang mengirim karangan bunga, tentu tetap diterima dan kita hormati.
Ajaran Pak AR itu terbawa dan melekat dalam pikiran saya sampai sekarang. Meskipun tidak dalam kategori anti, saya tidak terlalu suka melakukannya. Padahal, sebagai orang yang belajar ilmu komunikasi, penyampaian ucapan lewat karangan bunga itu bisa membawa pada pencitraan yang positif jika dilakukan secara tepat. Misalnya, jika ada seorang pimpinan perusahaan yang mengirimkan bunga sebagai bentuk ucapan belasungkawa bagi karyawan yang anggota keluarganya terkena musibah, tentu itu sangat berkesan bagi karyawannya. Apalagi jika lokasinya jauh dan tidak memungkinkan pimpinan itu hadir, keberadaan bunga bisa mewakili rasa simpati itu. Jadi, sebenarnya ada juga nilai positif dari hadirnya bunga itu.
Tapi saya pernah agak marah dalam sebuah acara tingkat nasional waktu masih memimpin Pemuda Muhammadiyah. Ketika itu ada seorang teman yang usul, agar terkesan meriah acaranya maka kita bisa memesan banyak karangan bunga yang di atas namakan para kolega Pemuda Muhammadiyah. Nanti para kolega tersebut dihubungi untuk dimintai persetujuannya. Dengan agak keras saya keberatan dengan ide itu. Bagi saya, kalau memang para kolega ingin mengirim karangan bunga, biarlah atas kehendak dan inisiatif mereka, bukan atas permintaan kita.
Harus diakui, bahwa kadang memang terselip rasa kebanggaan ketika kita banyak menerima karangan bunga dalam sebuah acara. Apalagi jika disitu terpampang nama nama orang atau institusi besar dan terkenal. Kadang sering terjadi juga mereka yang mengirim karangan bunga meminta agar diletakkan di tempat yang paling strategis dan menonjol, dan karangan bunganya pun kalau bisa yang paling besar dari yang lain. Tentu ini kalau yang dikirimi adalah pejabat atau tokoh berpengaruh, dengan harapan yang bersangkutan melihat karangan bunga tersebut. Kalau sudah seperti ini, karangan bunga memang dapat menjadi jalan ke- riya-an. Mungkin ini pula hikmah dari Pak AR yang bisa saya pahami.
Beriring dengan bertambahnya usia, mungkin saya memang harus bisa lebih luas dan terbuka memahami soal karangan bunga. Bagi pedagang karangan bunga, menurut saya itu adalah pekerjaan yang halal, bahkan mungkin berpahala karena untuk menghidupi keluarga. Bagi si pemesan, tergantung niatnya. Jika ikhlas dan untuk kebaikan semoga malah bisa jadi pahala. Tapi kalau niatnya kurang lurus, mungkin lebih baik anda urungkan niat mengirim karangan bunga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar