Selasa, 27 Juni 2017

Kelompok Aboge Rayakan Idul Fitri Selasa 27 Juni 2017




Komunitas penganut Islam Kejawen atau dikenal sebagai penganut Aboge di Banyumas Raya merayakan Idul Fitri, Selasa (27/6/2017). Salah satunya yakni Komunitas adat Bonokeling di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas.
Dalam perhitungan berdasarkan kalender jawa Alif Rebo Wage (Aboge), 1 Syawal di tahun Je jatuh pada Selasa Pon. Hari perayaan ini selisih dua hari dengan perayaan Idul Fitri versi pemerintah.
Berbeda dengan umat Islam yang menentukan Hari Raya dengan mengamati hilal, komunitas Islam Kejawen memiliki metode tersendiri dalam menentukannya.
Ketua Komunitas Adat Bonokeling, Sumitro, mengatakan, dalam menyambut 1 Syawal, trah (anak cucu) Bonokeling akan melakukan ritual yang mereka sebut riyaya.
Ritual riyaya akan dimulai dengan donga kubur (berziarah) ke makam Bonokeling, dan dilanjutkan berkumpul selametan di kelurahan dipimpin kiai kunci.
Setiap tahunnya, riyaya ini dilakukan oleh setiap trah Bonokeling yang tersebar di seluruh daerah, sebut saja di Purbalingga, maupun Cilacap.
Hanya saja, ritual riyaya tak wajib diikuti oleh seluruh anak putu (anak cucu) Bonokeling karena bukan termasuk ritual puncak seperti tradisi unggahan (menyambut bulan puasa Ramadhan) yang melibatkan ribuan orang seperti ziarah akbar, Jumat (19/5/2017) silam.
"Ritual riyaya ini hanya melibatkan anak putu Bonokeling di Pekuncen saja. Anak putu yang di Cilacap atau luar kota tidak wajib hadir atau sukarela saja," kata Sumitro, Jumat (23/6/2017).
Dalam riyaya ini, anak putu diwajibkan menggunakan busana adat yakni sarung batik, baju hitam dan menggunakan iket (semacam blangkon). Atribut ini bermakna kembalinya kesucian diri, setelah sebulan penuh melaksanakan puasa dan memenangkan pertarungan untuk mengikat hawa nafsu.
Salah satu pemimpin spiritual Bonokeling, Bedogol Padawinata, mengatakan, penanggalan Jawa punya kurun waktu tersendiri yakni satu windu terdiri atas tahun Alif, Ha, Je, Za, Dal, Ba, Wawu dan Jim Akhir. Berdasarkan perhitungan, 1 Syawal di tahun Je jatuh pada Selasa Pon (27/6/2017).
Sebelumnya, saat menyambut riyaya, trah Bonokeling telah melaksanakan ritual likuran atau malam 21 puasa dan setelah riyaya akan dilakukan ritual turunan yakni membersihkan, membenahi panembahan makam Kiai Bonokeling.
"Besok saat berombongan selametan riyaya, masing-masing akan membawa makanan selametan sepikul segendongan," ujar Bedogol Pandawinata.
Perkembangan komunitas ini bermula dari tokoh spiritual bernama Ki Bonokeling yang membuka hutan dan mengembangkan pertanian di Pekuncen yang berarti suci. Anak cucu ki Bonokeling sendiri lantas menyebar ke berbagai wilayah baik di Cilacap maupun Banyumas. (bpp/kpc)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar