Rabu, 24 Mei 2017

Aksi Massa 212 akan Diabadikan dalam Film 212 The Power of Love



Sepenggal cerita aksi massa 212 akan diadaptasi ke film fiksi layar lebar dengan judul 212: The Power of Love.  Berlatar aksi massa yang digelar di Jakarta pada Jumat 2 Desember 2016 oleh Gerakan Nasional Pembela Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI), kisah film akan mengikuti perjalanan relasi seorang anak dengan ayahnya yang merupakan peserta aksi.

Secara garis besar, narasi film mengikuti tokoh jurnalis muda yang awalnya meragukan rangkaian aksi sejumlah organisasi massa Islam. Namun kemudian mengalami perubahan sikap setelah menemani ayahnya yang mengikuti salah satu aksi tersebut.

"Aksi 212 sebenarnya hanya (sebagai) background saja. Cerita yang ingin disampaikan cerita cinta. Perjalanan seorang anak dan bapak yang akhirnya menjadi perjalanan penuh cinta, yang sangat bersejarah bagi mereka. Awalnya bermusuhan luar biasa," kata Jastis Arimba dalam jumpa pers di Abuella Cafe, Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa 23 Mei 2017.



Skenario ditulis oleh Jastis (doku Indonesia XXL) bersama Ali Eunoia (doku Rindu Sang Murabbi). Jastis juga menjadi produser sekaligus sutradara. Helvy Tiana Rosa dipercaya untuk supervisi naskah. Sementara, Ustaz Erick Yusuf menjadi produser konsultasi. Produksi dilakukan di bawah naungan Warna Pictures. Dana yang dianggarkan berkisar antara Rp1-5 miliar.

Fauzi Baadila (9 NagaLost In Papua) akan menjadi pemeran utama. Ustaz Erick juga turut menjadi pemeran pendukung, bersama Asma Nadia adik Helvy, Adhin Abdul Hakim, Hammas Syahid, Meyda Sefira, dan Cholidil Assadil Alam.

"Saya lebih dari tertarik, sangat tertarik, bergabung di produksi ini. Peran (saya) sebagai Rahmat. Saya mungkin mewakili umat Muslim yang kadang masih abu-abu. Ada kalanya kita harus berprinsip, bersikap, kalau ada suatu keadaan-keadaan tertentu," kata Fauzi.

Tokoh Rahmat adalah jurnalis yang meyakini bahwa serangkaian aksi massa terkait polemik rekaman pidato Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama di kepulauan Seribu, hanyalah aksi yang ditunggangi oleh gerakan politik semata demi perebutan kekuasaan. Sementara, ayahnya yakin bahwa aksi tersebut merupakan wujud kecintaan dan pembelaan terhadap agama Islam. Ayah Rahmat adalah pemuka agama di kampung halaman yang dikenal keras dan konservatif. "Rahmat itu sosok karakter fiktif yang saya buat, yang latar belakangnya ada dalam kisah-kisah personal yang saya temukan di 212," ujar Jastis.

Setelah ibunya meninggal, Rahmat harus pulang ke kampung. Dia bersitegang dengan ayahnya yang memaksa diri ingin ikut aksi lanjutan pada 2 Desember 2016. Ayah Rahmat bahkan menggerakkan massa untuk pergi ke Jakarta.

"Pada akhirnya, Rahmat mau tidak mau terjebak dalam situasi, sebagai anak, dia harus menjaga bapaknya. Sebagai anak satu-satunya, lihat bapaknya udah tua, sebenci-benci anak terhadap orangtua, dia memutuskan untuk menemani (ayahnya melakukan aksi di Jakarta)," kata Jastis.

Menurut Jastis, titik fokus narasi memang hanya pada aksi 212 sebagai aksi damai. Pengambilan gambar tidak dilakukan menyeluruh. Sebagian akan memakai footage tayangan yang sudah ada, terutama jutaan massa dalam aksi 212 dan konteks penggerak tindakan ayah Rahmat. Sosok Basuki juga dimunculkan dalam narasi, tetapi hanya sekilas lewat footage pemberitaan.

"Pemicu itu digambarkan sebagai gambaran dari berita saja, montase, cuplikan-cuplikan berita. Gambaran bahwa ada salah satu orang yang akhirnya melakukan, akhirnya terdakwa, faktanya hari ini dihukum. Itu hanya digambarkan sebagai latar belakang yang sangat sederhana sekali," ujar Jastis.

Kendati rangkaian aksi massa berangka menuai berbagai pro kontra terutama soal wacana besarnya, Jastis menyanggah penilaian film 212: The Power of Love  sebagai suatu gerakan politik.

"Film ini bukan tentang gerakan politik, atau kisah cinta biasa, melainkan hubungan antar manusia dan cinta manusia dengan Tuhannya yang terangkai dalam momen 212," kata Jastis.



Proses produksi akan dimulai pada akhir Juni 2017 setelah hari raya Idul Fitri dan syuting dilakukan selama sekitar 20 hari. Film dijadwalkan tayang pada akhir tahun ini. (bpp/mtnc)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar