Rabu, 17 Mei 2017

Masa Depan Baru Al Qaidah di Tangan Putra bin Laden



Video propaganda baru yang menampilkan putra Osama bin Laden disinyalir menjadi bukti kuat bahwa kelompok militan Al Qaidah berusaha menghidupkan kembali ‘citra global’ melalui generasi baru pemimpin besarnya dulu.

Dalam video berdurasi 10 menit itu, putra Osama, Hamza bin Laden meminta pengikut Al Qaidah melakukan serangan pada kaum Yahudi, Amerika, Barat dan Rusia, menggunakan “segala daya upaya”.

“Jika kamu bisa mendapatkan senjata, bagus. Jika tidak, ada banyak cara,” kata Hamza dalam video yang diproleh Kelompok Intelijen SITE, yang yang biasa memantau jaringan komunikasi kalangan teroris di dunia maya.

Ini bukanlah video pertama yang menampilkan Hamza, itu yang membuat pakar meyakini putra bin Laden itu tengah dilatih menjadi pemimpin besar Al Qaidah.

Al Qaidah juga terus tumbuh berkat banyaknya pemberontakan dan perang sipil di negara-negara seperti Suriah, Somalia, Yemen dan Libya.
“Dia terlihat berusaha meniru ayahnya, menggunakan nada seperti ayahnya, juga mengulangi pesan dan terminologi yang digunakan ayahnya di masa lalu,” kata Ali Soufan, mantan agen FBI yang melacak Al Qaidah, dikutip CNN.

“Hamza saat ini sedang dipersiapkan menjadi komandan senior di Al Qaidah dan akan jadi pemimpin organisasi itu, serta kemungkinan besar mempersatukan gerakan jihadis global.”

Dalam video tahun 2015, pemimpin Al Qaidah Ayman al-Zawahiri memperkenalkan putra bin Laden sebagai salah satu ’singa’ di kelompok tersebut.

Hamza, yang kini berusia akhir 20an, sudah akrab dengan khalayak militan, karena sejak kecil kerap muncul di video propaganda. Dia pernah terlihat memegang senapan otomatis milik Osama, membaca puisi, atau tengah melakukan latihan militer bersama anak-anak lain.

“Dia sangat karismatik dan punya kemampuan berbicara di depan umum yang sangat baik, karena terlatih sejak kecil,” papar Soufan.

Menurut Soufan, Hamza sudah menyadari perannya di Al Qaidah, usai serangan 9/11. Dalam salah satu surat pada ayahnya, Hamza menulis dia “terbuat dari baja” dan “siap berperang bersama tentara Mujahidin”.

Selain itu, dokumen yang didapatkan AS dalam razia di markas Osama bin Laden di Pakistan pada 2011, menunjukkan bahwa pemimpin besar Al Qaidah itu ingin putranya ikut bergabung. Namun, pada waktu itu, keduanya terpisah. Di pertempuran yang berakhir dengan tewasnya Osama, hanya ditemukan Khalid, kakak Hamza, yang juga ikut tewas bersama ayahnya.

“Dia [Hamza bin Laden] sudah siap menjadi wajah baru al Qaidah,” kata analis terorisme Peter Bergen.

Kendati kini pamor Al Qaidah terlibas kebrutalan yang dilakukan ISIS, Pejabat AS mengatakan Al Qaidah merupakan kelompok teroris yang ulet dan terus bertahan dengan militan tersebar di seluruh Timur Tengah juga Afrika.


Menurut Nicholas Rasmussen, Direktur Pusat Kontraterorisme Nasional AS, Al Qaidah terus berkembang. Dia menyebut al Qaidah sebagai “jaringan afiliasi dan veteran yang telah menyebar di berbagai belahan dunia. Jaringan Al Qaidah yang lebih besar ini terus berevolusi, dan terbukti tangguh, terlepas dari berbagai kemunduran."

Meskipun kelompok itu juga bersaing dengan ISIS dalam merekrut anggota dan sumber daya, bukan tidak mungkin kompetisi keduanya berujung rekonsiliasi.

Wakil Presiden Irak Ayad Allawi mengatakan pada Reuters, bulan lalu, bahwa sudah terdapat pembicaraan antara pemimpin kedua kelompok militan itu. 

“Terdapat diskusi dan dialog antara para pembawa pesan yang mewakili pimpinan ISIS dan Zawahiri," kata Alawi.

Bergen juga meyakini adanya rekonsiliasi ISIS-Al Qaidah di masa depan. “Salah satu faktor pendukungnya karena ISIS semakin terdesak. Bagi ISIS akan jadi keuntungan tersendiri bila bisa bersekutu dengan Al Qaidah yang sudah jadi kekuatan besar di Suriah,” katanya. “Jika itu terjadi, persatuan keduanya akan jadi kombinasi mematikan.”(sumber: CNN Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar