Kamis, 04 Mei 2017

Inilah Rahasia Kemenangan Anies-Sandi Menurut Sandi



Sandiaga Uno, calon wakil gubernur DKI Jakarta mengaku menggunakan 'senjata' rahasia untuk mengalahkan lawannya dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.

Selama 18 bulan kampanye, Sandi mengatakan, senjata rahasia itu menjadi kekuatan timnya. Tentunya, selain, tenaga, usaha serta uang Rp108 miliar yang telah ia keluarkan. 

Terbukti, senjata rahasia itu membuat Sandi dan pasangannya Anies Baswedan menang melawan pasangan Ahok-Djarot. 

Lantas, apa senjata itu? 

"Saya sangat disiplin dalam penggunaan data, ini zamannya big data. Bulan September 2015 saya pertama kali mendapatkan data bahwa yang diinginkan dari pemimpin DKI adalah lapangan pekerjaan, pendidikan dan biaya hidup terjangkau," kata Sandi saat berkunjung ke Kantor Redaksi CNNIndonesia.com, Rabu (3/5).

Data tersebut ia dapat dari survei internal yang tidak pernah dirilis. Mantan pengusaha itu percaya data tidak pernah berbohong dan dia yakini bakal menuai hasil jika diimplementasikan secara disiplin.


Sandi mengaku memiliki data soal isu yang paling diinginkan warga Jakarta, yang diakuinya telah dia miliki sejak belum berpasangan dengan Anies.

Berdasarkan data itu, Sandi kemudian memikirkan program yang sesuai untuk warga Jakarta dengan data tersebut.

"Saya ingin sampaikan pesan kunci bahwa Sandi adalah lapangan kerja, Sandi adalah biaya hidup lebih terjangkau. Itu kami bawa sampai Juli 2016," kata Sandi.

Sandi mengklaim dapat tanggapan positif dari warga ketika membawa program-programnya tersebut. Sejumlah warga Jakarta mulai mengenal siapa Sandi yang sebelumnya hanya dikenal kalangan atas.

Tanggapan positif masyarakat itu, kata Sandi, semakin bertambah ketika Anies ditetapkan sebagai pasangannya dan menjadi calon gubernur. 
Ia menilai bergabungnya Anies membuat mereka berdua saling melengkapi. Apalagi Anies mampu berbicara dan memiliki data tentang pendidikan, kebangsaan dan memiliki pengalaman birokrasi ketika menjabat menteri pendidikan dan kebudayaan.

"Kami selalu disiplin pada data internal, tidak pernah dirilis karena ini sumber dari strategi kita untuk jadi acuan pasti. Waktu lembaga survei sebutkan angka kami di bawah, saya sudah yakin, selama we sing the same song for the next seven month," kata Sandi.

Warga Bersatu

Isu Suku, Ras, Agama dan Antar golongan (SARA) mewarnai perhelatan Pilkada DKI Jakarta, terutama di media sosial. 'Perang' komentar antarpendukung calon di media sosial tak jarang disertai dengan ujaran kebencian. 

Hingga perhelatan Pilkada DKI Jakarta usai 19 April 2017, isu SARA juga masih berseliweran di media sosial.

Menurut Sandiaga, kini saatnya masyarakat bersatu. Dia mengajak masyarakat tidak hanya menonjolkan perbedaan tapi juga memikirkan tentang persatuan.

"Kami berbeda, tapi apa yang menyatukan kami, benang merah apa, narasi apa? Merajut tenun kebangsaan itu adalah salah satu narasinya. Selama ini jelas yang kita gemborkan bhineka tapi kita lupa aspek berikutnya, yaitu itu tunggal ika menyatukan kita," kata Sandi.

Mantan bos Recapital itu pun berjanji akan menjadi pemimpin yang hadir untuk semua golongan. Ia akan berlaku adil bagi siapa pun, tidak peduli dari mana asalnya warga tersebut.
Menurut Sandi hanya waktu yang bisa meredam situasi secara keseluruhan. Berdasarkan survei internal, kata Sandi, pengguna media sosial yang masih bertikai kurang dari 15 persen warga Jakarta. 

Ia berharap angka tersebut bisa menurun sampai 10 persen dan akan hilang secara perlahan.

Meredam suasana tersebut merupakan salah satu pekerjaan rumah besar bagi Anies-Sandi. Pasalnya ada 2,3 juta warga Jakarta yang tidak memilih Anies-Sandi yang harus dirangkul.

Di sisi lain, Sandi merasa suasana di akar rumput sudah membaik setelah dua minggu Pilkada usai. Ia merasa masyarakat di akar rumput sudah bisa move one dan bersatu kembali.

"Di bawah, saya bilang kalau tasyakuran harus undang pendukung pak Basuki-Djarot. Kalau mereka bisa datangkan satu relawan pak Basuki-Djarot, ada insentif, saya akan datang," katanya.

Tentang adanya anggapan, bahwa kemenangan Anies-Sandi karena faktor SARA, Sandi dengan tegas membantahnya.

"Berdasarkan exit poll, hanya 18 persen yang memilih Anies-Sandi berdasarkan agama. Berarti ada 40 persen yang pilih Anies-Sandi berdasarkan program. Fakta lain, 62 persen warga muslim Jakarta memilih Anies-Sandi muslim dan 38 persen muslim memilih ahok-Djarot," kata Sandi. "Jadi kalau bilang semua warga muslim pilih Anies-Sandi, enggak." (sumber: CNN Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar